Beginilah Keadaan SMP Negeri 4 Mandah, Indragiri Hilir


“POTRET SEKOLAHKU”

          “Sekolahku, rumah keduaku”



        Rasanya tidak salah jika aku memberikan istilah itu. Karena bagiku, sekolah sudah menjadi tempat yang nyaman untuk menikmati pekerjaanku sebagai pendidik. Di sanalah aku bisa berbagi ilmu, berbagi pengalaman kepada sesama guru dan murid. Hampir separuh hari kuhabiskan waktu di sekolah.

Beginilah Keadaan SMP Negeri 4 Mandah, Indragiri Hilir


        Berbicara tentang sekolah, saat ini aku mengajar di SMP Negeri 4 Mandah. SMP ini berada di desa Belaras, Kec. Mandah, Kab. Indragiri Hilir, Prov. Riau. Lokasi desa ini dikelilingi oleh air laut, karena termasuk daerah pesisir. Untuk sampai di desa ini, bisa dijangkau dengan kapal boat. Karena untuk saat ini hanya itu akses yang cepat dan mudah untuk sampai ke sana. Sebenarnya menggunakan honda (sebutan motor untuk masyarakat di sini) juga bisa. Namun, jarak tempuh yang lama dan aksesnya yang jelek, masyarakat lebih memilih untuk menggunakan boat untuk transportasi jika ingin ke kota Tembilahan atau ke daerah tetangga.
          Kembali lagi tentang SMP Negeri 4 Mandah, sekolah ini berdiri sejak tahun 2007 dengan status sekolah SMP Terbuka. Namun, sejak tahun 2009 sekolah ini sudah menjadi sekolah negeri. Berdasarkan data dari Pak Bujang sebagai pengelola sekolah sejak awal berdirinya SMP Negeri 4 Mandah, gedung dan fasilitas sekolah ini dulunya lengkap. ada gedung perpustakaan, laboratorium, aula, kantor guru, dan ruang kelas cukup. Tetapi, pada tahun 2015 bangunan tersebut banyak yang runtuh. Selain itu jumlah guru PNS yang ada juga banyak sehingga kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar. Namun, sekolah ini mengalami kekurangan guru saat ini. Sebelum aku dan temanku ditempatkan tugas di sekolah ini, jumlah guru di SMP Negeri 4 mandah hanya terdiri dari 5 guru saja dengan status 1 guru bantu dan 4 guru honor. 2 diantaranya tamatan S1 dan 3 lainnya tamatan SMA. Dengan jumlah guru yang sedikit itu maka ada beberapa guru yang mengajar dua mata pelajaran sekaligus bahkan lebih. Kedatangan kami untuk menambah guru di sekolah ini nyatanya msih belum bisa menutupi kekurangan guru di SMP ini. Khususnya 4 mata pelajaran yang di-UN-kan sangat diwajibkan guru yang sesuai jurusannya untuk mengampunya. Karena keadaan seperti itu, saat ini ada beberapa mata pelajaran yang di-UN-kan diajarkan tidak sesuai dengan jurusannya. 
         Beberapa tahun yang lalu, jumlah guru PNS di sekolah ini banyak. Namun, semuanya pindah tugas. Ini disebabkan karena beberapa hal, diantaranya karena masalah air, listrik, dan juga perumahan guru. Untuk informasi, masyarakat di desa ini menggantungkan kehidupan sehari-hari seperti mencuci, memasak, mandi menggunakan air hujan. Sehingga, kalau air hujan tidak turun, maka persediaan air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak bisa terpenuhi. Jadi, kalau sudah begitu, biasanya masyarakat di sini membeli air dengan harga 25 ribu-30 ribu per drumnya. Selanjutnya masalah listrik, desa ini belum menggunakan listrik PLN dan masih menggunakan listrik dari PLTD. Tagihan per bulannya berkisar 300 ribu-700 ribu tergantung pemakaian. Bayaran untuk tagihan listrik bisa dikategorikan mahal bila dibandingkan di kota yang telah menggunakan listrik PLN, mengingat listrik hanya hidup petang hari sekitar pukul 6 sore dan padam pukul 6 pagi. Jadi, siang harinya tidak ada listrik yang hidup. Kemudian, tidak adanya perumahan guru, membuat beberapa guru yang dapat penempatan di sekolah ini, harus menyewa rumah dengan biaya sewa berkisar 400-500 ribu per bulan (tidak termasuk biaya listrik). Jadi, bisa dibayangkan sendiri biaya hidup di sana.
Beralih tentang gedung sekolah, saat ini SMP Negeri 4 Mandah hanya terdiri dari bangunan baru dan bangunan lama. Bangunan baru itu adalah gedung laboratorium yang dibangun pada tahun 2018. Namun, seiring berjalannya waktu beralih fungsi menjadi ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kantor, ruang OSIS, ruang UKS, ruang perpustakaan serta ruang BK.Semuanya menjadi satu dalam gedung itu dengan sekat seadanya sebagai pembatas antar ruangan. Dulunya, sebelum ada gedung baru itu, ruang-ruang itu memiliki bangunan masing-masing. Dikarenakan banyak bangunan yang runtuh sehingga semuanya dipindahkan ke sana.
          Bangunan lama, terdiri dari 4 ruangan. Tetapi hanya 3 ruangan saja yang masih bisa digunakan karena 1 ruangan sudah runtuh. 4 ruangan itu terpisah menjadi 2 ruangan dalam tiap bagiannya. 2 ruangan yang paling dekat dengan bangunan baru adalah kelas 9 dan disebelahnya ada ruangan yang runtuh itu sehingga tidak bisa digunakan lagi. 2 ruangan lainnya yang berada paling ujung adalah kelas 7 dan 8. Kelas 7 dan 8 dulunya merupakan ruangan yang terpisah karena masing-masing memiliki pintu. Namun, pintu kelas 7 sudah rusak parah sehingga terpaksa ditutup. Jadi, jika ingin masuk ke kelas 7 harus masuk melalui pintu kelas 8 yang juga rusak karena sudah tidak bisa dikunci lagi.
          Ruangan kelas 7 dan 8 hanya dipisahkan oleh seng bekas di bagian dalamnya. Jadi, apabila kita berada di kelas 8, kita bisa melihat ruangan kelas 7. Kemudian, Gedung kelas 7 dan 8 berlantaikan papan dengan jendela yang rusak. Bahkan ada beberapa yang sudah tidak ada lagi kacanya. Pada tempat tertentu, lantai ada yang bolong. Sehingga kita harus hati-hati jika berjalan di dalam kelas 7 dan 8. Terutama bagi guru yang sedang mengajar di kelas 7 kaki bisa masuk lubang jika tidak hati-hati karena bagian yang bolongnya tepat di bawah papan tulis. Untuk bagian dindingnya sudah semen permanen. Namun sayang, ada beberapa bagian juga ada yang bolong.
Pernah suatu hari, ketika aku sedang mengajar dan pada waktu itu hujan sangat deras disertai angin yang kencang. Air hujan masuk ke dalam kelas melalui dinding yang bolong, melalui jendela yang sudah tidak ada kacanya serta dari atap tanpa plafon yang bocor. Bisa dibayangkan, hebohnya suasana di dalam kelas pada saat itu. Jika sudah demikian, terpaksa anak murid merapatkan barisan dan pindah tempat duduk agar tidak terkena air hujan. Begitulah potret sekolah tempatku mengajar saat ini. Meskipun demikian, semangat siswa-siswi SMP Negeri 4 Mandah untuk belajar tidak luntur walaupun keadaan sekolahnya seperti itu. Jadi, tidak ada alasan bagiku untuk tidak semangat mengajar mereka. Namun, aku berdoa semoga nanti siswa-siswiku SMP Negeri 4 Mandah bisa belajar dengan nyaman seperti sekolah-sekolah lainnya dengan fasilitas yang lengkap dan memadai.



Tampak depan (Gedung baru, kelas 9, dan ruangan yang runtuh)

  


Tampak belakang (Gedung baru, kelas 9, dan ruangan yang runtuh)




Tampak samping (Gedung baru, kelas 9, dan ruangan yang runtuh)



Tampak belakang (kelas 7 dan 8)



Tampak samping (kelas 7 dan 8)




Tampak depan (kelas 7 dan 8)


                                           Tampak dalam (kelas 7 dan 8)


Tampak dalam (ruangan yang runtuh)



Tampak dalam (ruang perpustakaan, UKS, OSIS, ruang kantor)



          Belaras, 16 April 2019


\

Post a Comment

10 Comments

  1. Sedihh gilaaaaaaa aku terharu 😭😭😭😭.. semoga u biso bangun tu gedung2 itung sebagai perintis..

    ReplyDelete
  2. Ttp semangat dalam menjalankan tgs yg mulia ni

    ReplyDelete
  3. Apa yg anda rasakan saat ini itulah yg trbaik dr Allah,tetaplah jd pejuang sejati tancapkan rasa cinta yg dlm trhadap peserta didik... ini tidak mudah kawan btuh proses tp jika rasa cinta sdh ada kau akan tdk akan prduli lg tntang apa itu halangan dlm mendidik yg kau pkirkan bgaimana pserta didik bisa mempunyai akhlaq yg baik, bisa trcapai cita2nya dan yg pling pnting doakan mreka.

    teruslah berjuang suatu saat kau akan rasakan apa itu guru sejati.

    ReplyDelete
  4. Aamiin ya allah... Terima kasih ya buk atas doanya... Sy akan ingat itu selalu buk...

    ReplyDelete